1 1. Mengatasi
persepsi negative. Sebelum bertindak kita harus melihat sesuatu dari sudut
pandang kita, melihat dari sudut pandang orang lain, melihat dari sudut pandang
netral/tidak memihak, dan tidak mencampuradukan emosi pribadi. Hal ini untuk
membantu kita berpikir terlebih dahulu sebelum menilai dan menyertakan emosi.
Kita melihat masalah dari tiga sudut pandang berbeda. Hal ini membuat kita
menjadi lebih empati sehingga mengatasi persepsi negative. Untuk mempunyai
kemampuan ini kita harus memiliki kemampuan mendengar. Untuk memahami kita
perlu mendengarkan, mendengarkan dnegan penuh perhatian
2. Menerima
pesan dengan baik dengan cara mendengarkan. Mendengarkan bukan hanya secara
harfiah menggunakan telinga, namun lebih luas, yaitu memberikan perhatian
terhadap sesuatu, bukan hanya terhadap suara semata. Pentingnya mendengar
dinyatakan dalam berbagai penelitian, salah satunya menyatakan bahwa kemampuan
mendengarkan jauh lebih penting daripada kemampuan berbicara, kemampuan
mendengarkan harus dimiliki oleh semua orang, dalam diri pekerja, manajer,
eksekutif, atau hubungan personal.
Alasan
untuk mendengarkan adalah:
Ø Untuk
memahami dan memperoleh informasi. Orang yang menguasai informasi akan memiliki
kesempatan lebih besar untuk sukses.
Ø Analisis
terhadap kualitas informasi. Kemampuan ini dibutuhkan agar dapat bertindak
lebih tepat. Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan
meningkatkan kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data, dan kemampuan mengolah
informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi atau keadaan
dapat diambil.
Ø Membangun
dan memelihara hubungan. Orang yang memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik
akan memiliki hubungan lebih baik dengan sesamanya, dan juga sebaliknya.
Ø Menolong
orang lain, kemampuan mendengarkan dimiliki agar dapat memahami orang lain dan
pada akhirnya dapat menolong orang lain. Beberapa profesi mewajibkan kompetensi
mendengarkan untuk dimiliki dengan baik, contohnya dokter, pengacara, psikolog,
guru, atau lainnya.
Untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan adalah dengan cara: membuat kontak mata dengan
pembicara, hindari gerakan atau komunikasi nonverbal yang justru mengganggu
atau tidak sesuai dengan maksud kita untuk mendengarkan, mengajukan pertanyaan,
mengungkapkan kembali/konfirmasi, hindari interupsi, jangan berbicara terlalu
banyak, membuat transisi yang baik antara menjadi pendengar yang baik dengan
pembicara yang baik, empatik.
3. Menekan
ego pribadi kita. Perbedaan antara individu akan selalu ada, entah itu
perbedaan pkitangan, perbedaan kepentingan, dan lainnya. Dengan menekan ego
pribadi, maka kita dapat belajar untuk mencoba memahami orang lain. Setiap
orang punya keunikan masing-masing, dan kita harus menerima fakta tersebut.
4. Pengetahuan
juga punya peranan penting dalam berinteraksi. Ketika kita berusaha untuk
mendekati orang lain, kita dapat memanfaatkan knowledge yang kita miliki
terkait dengan keunikan yang dimiliki orang tersebut. Contohnya kita berkenalan
dengan seorang musisi, supaya interaksi berjalan dengan baik maka kita dapat
memulai pembicaraan seputar musik. Intinya adalah membangun komunikasi yang
dapat menciptakan jalinan hubungan baik dengan orang lain.
5. Memperhatikan
juga bahasa non-verbal kita. Bahasa non-verbal dapat menyampaikan lebih banyak
dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketika berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa ujaran (verbal communication) orang acap menggunakan bantuan gerak-gerik
anggota tubuh seperti mata, tangan, kepala, dll. Kemampuan memanfaatkan anggota
tubuh merupakan aset komunikasi dan bukan sekedar tampilan fisik. Jika
digunakan secara tepat dan benar akan menimbulkan rasa tenteram (bagi diri
sendiri atau pendengar), memperjelas bahasa ujaran dan sekaligus akan
menghasilkan dampak positif yang mungkin tidak diduga. Sebagai contoh, cara
berdiri, bergerak, menatap, dan tersenyum yang dimanipulasikan sedemikian rupa
akan memberi nuansa komunikatif terhadap penampilan kata-kata.
Beberapa
teknik sederhana yang dapat digunakan adalah:
Ø Lakukan tatapan mata
setiap saat, pada individu atau kelompok tertentu untuk memperoleh keyakinan
bahwa mereka memperhatikan isi yang sedang dibicarakan untuk menumbuhkan rasa
percaya diri sebagai pembicara. Jika keberanian untuk melakukan hal ini belum ada,
tujukanlah tatapan mata kebagian pendengar di barisan belakang. Kekhawatiran itu
akan terkikis sedikit demi sedikit selama berbicara sehingga akhirnya
timbul keberanian menatap pada satu arah pendengar tertentu. Jangan
lupa memberi keseimbangan tatapan, berganti arah. Jangan sekali-kali menatap ke
bahan tertulis konten pembicaraan/menunduk selama berbicara.
Ø Gunakan
bahasa tangan untuk mengilustrasikan poin-poin ujaran yang disampaikan. Jika
tidak terbiasa menggunakan gerakan tangan sebagai aksentuasi, silangkan saja
dibagian punggung (jika bicara sambil berdiri) atau di balik podium (jika
berdiri di mimbar). Jangan sekali-kali menggunakan gerakan tangan yang
menunjukkan kegelisahan atau sebaliknya membuat gerakan yang membuat pendengar
menjadi tidak tenteram misal, memutar-mutar pulpen dengan tangan atau
mengetuk-ngetukkannya di meja selama berbicara.
Ø Bergerak
santai jika bicara sambil berdiri. Tapi jangan mondar mandir dari satu sisi ke
sisi yang lain terlalu cepat (seperti orang sedang adu lari) atau terlalu
diatur (sehingga terkesan seperti pragawati).
Ø Rileks
dan santai, jangan tegang. Dalam berkomunikasi dihindari ada rasa beban. Kalau
tidak akan terjadi ketegangan dan ketidakteraturan berbicara. Dengan demikian
interaksi komunikasi yang positif tidak terjadi.
Ø Senyum
dan senyum. Ini akan menimbulkan keyakinan pada diri sendiri dan rasa akrab
bagi pendengar. Selalu tersenyum sambil menceritakan suatu anekdot atau humor
yang terkait dengan bahan pembicaraan akan membuat pendengar benar-benar
menikmati humor dan anekdot tersebut (paling tidak untuk sopan santun, mereka
akan turut tertawa juga). Dan ini penting buat pembicara. Sebab, jika humor
tidak bersambut akan mengakibatkan hilang kontrol dan percaya diri pembicara
juga akan hilang.
Akhirnya, apa pun
konten pembicaraan yang akan disampaikan maka keberhasilannya akan bergantung
pada kemampuan menggabungkan unsur isi pembicaraan, pengungkapannya dalam
bahasa ujaran, dan aksentuasinya dalam bentuk non-ujaran atau bahasa tubuh. Semua
ini harus bersifat sinergis.
6. Memperbanyak
bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini karena interpersonal skill yang
terasah membutuhkan suatu proses dan waktu yang panjang. sehingga harus selalu
dilatih. Semakin banyak kita menjalin hubungan dengan orang lain, maka interpersonal
skill Kita akan semakin terasah.
7. Menghindari
judgement. Salah satu hambatan dalam menjalin komunikasi di awal adalah
judgement. Ketika judgement sudah ada, maka kita punya persepsi dan kesan
mengenai orang lain, yang mungkin negatif. Oleh karena itu, jangan biarkan
judgement menahan kita untuk memulai komunikasi. Berikan kesempatan pada orang
lain untuk berinteraksi dengan kita.
8. Open
minded. Belajarlah untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain. Jangan
langsung menolak dengan keras `knowledge` baru yang berbeda dengan pengetahuan
yang kita miliki. Berkomunikasilah dengan serius, namun santai. Jika harus
berdebat, lakukan dengan saling menghargai dan sopan.
9. Empati.
Empati adalah sikap dimana kita dapat menempatkan diri seolah-olah kita berada
di posisi lawan bicara. Bayangkan seolah-olah kita berada di situasinya., dan
berikan respon yang tepat. Empati kita terhadapnya akan menciptakan suatu
hubungan yang positif. Empati ini harus terus menerus dilatih. Biasanya, orang
yang punya Emotional Quotient (EQ) tinggi, lebih pkitai dalam berempati.
10. Menghadapi
konflik. Interpersonal skill kita sangat diuji ketika terjadi konflik. Kita
dapat menjadi mediator dari pihak-pihak yang berkonflik. Kumpulkan mereka, dan
bantu untuk mengatasi konflik yang mengemuka. Lakukan dengan kepala dingin,
supaya komunikasi berjalan lancar, dan masalah bisa diselesaikan dengan baik.
Kita harus bersikap netral sekaligus bijak untuk dapat mengambil peran ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar